Klematis
Add a description of the image here
Klematis
Add a description of the image here
Klematis
Add a description of the image here
Klematis
Add a description of the image here
-->

Tuesday, February 1, 2011

Rok merah selutut lebih sejengkal.

Pagi tersibuk dalam hidupku di awal Juli tahun 1997.
...semalam di toko bima.
Aku lebih senang bermain main di balik deretan baju-baju yang di jejer daripada mengekor ibuku. Dengan anak seusiaku, kami terlihat asik meskipun kami tak saling mengenal. Berlarian, bersembunyi di kamar pas. Memainkan kelambu, dan tertawa. Sesaat berhenti, karena kami tau pengawas toko memperhatikan kami dengan sinis. Yang artinya, ulah kami mengganggu dan berisik. Kami memutuskan, mengekor kembali ibu masing-masing. Saling memandang dan aku katakan Nanti kita ketemu di toko yang lebih gede dari ini. Jangan kuatir ya...
Kembali ke ibuku. Sibuk mengantre dan memilih sepasang seragam sekolah. Besok, hari pertamaku masuk SD.
Ada rok merah wiru yang dipaskan ke lututku. Panjang! Tapi nanggung. Aku menunjukkan ekspresi yang artinya....ini kegedean, buk! Mesti golek sing ukuran gede, nduk. Ben hemat gak bolak-balik tuku rok. Artinya...jadi kalau mau hemat, beli rok yang kegedean. Itu yang aku tangkap waktu itu.
...kami pulang dengan rok dan baju seukuran anak kelas lima SD.
Semalaman aku tidak bisa tidur, gugup! Aih!
Pagi. 06.45
Rok merah selutut lebih sejengkal, seragam putih yang jahitan bahunya turun limabelas senti dari bahuku. Dasi tut wuri handayani, topi yang masih bau toko, sepatu hitam dengan dua nomor lebihnya, kaos kaki putih, tas ransel merah dengan tiga buku bersampul Rajin Pangkal Pandai, Hemat Pangkal Kaya...meski seragamku terlihat aneh di badanku yang berukuran kecil, tapi aku senang karena aku sudah mau berhemat begitu kata ibuku semalam-
...di ruang kelas IA.
Aku datang pukul tujuh lebih. Telat! Aku semakin gugup melihat kerumunan ibu-ibu yang berjajar di jendela kelas. Mulai ujung sampai ujung. Ramai sekali pagi itu di sekolah baruku. Aku memasuki kelas sendirian dan...berdiam diri di depan kelas. Cukup lama! Sampai akhirnya aku di panggil ibu guru berkacamata. Dicarikan tempat duduk.
Ayah ibu hanya menungguiku selama sepuluh menit di luar kelas. Aku tau, ini juga pagi tersibuk untuk ayah ibuku di sekolahnya. Sama seperti ibu guru berkacamata tadi. Mungkin bedanya, ibuku tak harus mencarikan tempat duduk untuk murid-muridnya, karena mereka sudah besar.
Kembali ke aku. Tidak ada satupun kursi yang kosong, teman. Aku harus berbagi tempat duduk dengan Dila, teman pertamaku. Dan hanya temanku ini sangat gemuk, dan ada emaknya -ibu=emak- disampingnya. Aku mau bilang geser dong tapi takut. Mereka sama-sama besar dan aku tak punya seseorangpun yang bisa membelaku. Aku mengalah dan aku tahan pantatku yang separonya lagi.

0 komentar:

Post a Comment