Klematis
Add a description of the image here
Klematis
Add a description of the image here
Klematis
Add a description of the image here
Klematis
Add a description of the image here
-->

Tuesday, February 1, 2011

RECEHAN UANG 500 RUPIAH

“sewaktu kecil, aku sering memainkan lipstik milik ibuku hingga tinggal separo. Dan aku suka bergaya mirip pengantin dengan pemerah pipi yang menempel rusuh di kerah bajuku... aku merasa cantik saat itu.” [HALTE BUS 09.23] Mas Romli di sudut sana, menanti kembalian recehan untuk air mineral seribu lima ratus rupiah yang ia beli. Lalu kembali duduk anteng di sebelahku. Tersenyum, “Minum, dik?” “Nanti saja, mas.” Tolakku sambil membetulkan jilbab. Aku menahan-nahan tangis. Kami diam. Mas Romli membuka tutup botol, meminumnya. Kami diam. Aku mengamati penjual majalah edisi lawas. Kami diam. Mas Romli memainkan recehan-recehan lima ratus. Kami diam, hingga akhirnya pengamen kecil dengan bekas seragam pramuka yang telah robek saku depannya datang dan mengantongi recehan lima ratus itu. Kami tetap diam. [DI DALAM BUS JAYA MAJU 10.02] Aku membuka kaca bus, mengarahkan pandanganku, aku tersenyum. Mas Romli melambaikan tangan ke arahku. Ah, seandainya aku tidak melemah jika dengannya tadi. Akan kukatakan, “Mas, tunggu aku lima tahun lagi. Lalu minta ke orang tuaku, ajak aku menikah.”... ...lamunanku buyar. Suara pengamen cilik tadi melengking, mengalahkan puluhan orang yang masih terlihat berebut tempat duduk. “aku rlindu ssetengah mati kepadamu...sungguh kuingin kau tau...aku rlindu setengah mati...kepadamu....” Ia belum fasih melafalkan huruf ‘R’ tetapi sudah pandai mencari uang. Dan ia berhasil mengumpulkan recehan-recehan uang di dalam sebuah kantong bekas bungkus permen. Sedangkan aku masih mengandalkan gaji bapak untuk kuliahku di Jogja. Ingat bapak dan ibu di rumah... “Mbak...”pengamen itu menyodorkan kantong plastik. Aku tesenyum, lalu ia kuberi lembar seribuan satu. “Mbak Arfi, ya?”ia menanyakan namaku. “Loh, tau darimana, le?” aku mengumpan tanya. “Lagu tadi buat mbak. Dari mas Romli, mbak. Ini aku dikasih sepuluh ribu.”ia ceritakan yang sesungguhnya, lalu pergi kekursi belakangku untuk kembali menyodorkan kantong plastiknya. JDEGGGG.... Merasakan semilir angin lewat jendela samping semakin sejuk. Aku sedikit menangis karena banyak-banyak senang. Aku menyukai caranya untukku...

0 komentar:

Post a Comment